Goa ini terletak di
desa Wareng, kecamatan Punung, kabupaten Pacitan, Jawa Timur, kira-kira 40 km
dari pusat kota Pacitan ke arah barat. Daerah ini terletak di perbatasan Jawa
Tengah sebelah selatan. Pacitan bisa dicapai dari Wonogiri Jateng, Ponorogo Jatim,
atau Trenggalek Jatim. Namun, Anda juga bisa datang dari Yogyakarta melalui
jalur alternatif yang melewati Kabupaten Gunung Kidul. Jalur ini sudah beraspal
halus, namun di beberapa tempat masih relatif sepi sehingga tidak disarankan
untuk perjalanan malam hari.
Awalnya goa ini
bernama Goa Tapan karena terletak di perbukitan kapur Tapan. Menurut sejarah
setempat, goa ini ditemukan oleh Kyai Santiko yang pada waktu itu kehilangan
sapi, dan akhirnya ditemukan di goa ini. Lalu, goa ini dibersihkan dan diambil
oleh Raden Bagus Joko Lelono dan Puteri Raden Ayu Mardilah. Goa ini terlihat
besar dari luar, dan begitu masuk Anda langsung disuguhi kubah yang megah,
lengkap dengan stalaktit (batuan yang berbentuk seperti tiang dan menempel di
atap goa) dan stalagmit (seperti stalaktit, namun menempel di dasar goa). Namun
bila Anda menjelajah lebih dalam, Anda hanya akan menemukan jalan kecil buntu
yang ujungnya dipercaya sebagai tempat bertapa Pangeran Diponegoro dan
pengikutnya.
Yang unik dari Goa ini
adalah adanya stalaktit dan stalakmit yang jika dipukul mengeluarkan suara
nyaring dan merdu. Oleh karena itu, goa ini kerap digunakan sebagai pentas
musik jawa tradisional dengan hanya kendang, stalaktit, dan stalakmit sebagai
instrumentnya. Sulit dipercaya memang jika belum menyaksikan langsung Tembang jawa dinyanyikan
oleh tiga orang penyanyi wanita yang disebut sinden, diiringi dengan empat pria
sebagai pemukul kendang, stalaktit, dan stalakmit. Memang tidak semua batuan
bisa mengeluarkan suara merdu, hanya beberapa saja yang bisa digunakan sebagai
instrument musik. Tembang jawa seperti “Nyidam Sari” dinyanyikan dengan merdu,
dengan sesekali ditimpali suara berat waranggana atau penabuh kendang. Meski
hanya bernyanyi selama kira-kira 20 menit, namun tembang-tembang ini mampu
menyihir penonton hingga tak beranjak dari tempatnya. Untuk menyaksikan musik
unik ini, sebenarnya Anda harus “menyewa” pemain musik tersebut seharga Rp
70.000, namun jika kondisi sedang ramai, mereka akan bermain sendiri dan
berharap penonton mau memberi uang sukarela. Jadi sebaiknya Anda datang saat
hari Sabtu-Minggu atau liburan, dan jangan lupa memberi uang sepantasnya untuk
mereka
0 komentar :
Posting Komentar